Pendidikan Seks untuk Anak

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Salah satu penyebabnya, kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja

Bagaimana respon Anda jika si kecil tiba-tiba bertanya? “Ibu, saya berasal dari mana?” Apakah Anda akan mengalihkan topik pembicaraan? Anda akan lebih terkejut jika dia melanjutkan dengan pertanyaan, ”Seks itu apa sih, Bu?”

Mungkin spontan Anda akan menjawab: “Nanti Sayang, tunggu kamu besar, baru akan Ibu jelaskan.”

Anda perlu berpikir, mungkin ini saatnya untuk memberi pengetahuan tentang seks lebih dini. Tentu dengan bahasa sesuai usianya. Bukan mengajarinya tentang pornografi, tapi justru mencegahnya mendapatkan informasi dan pemahaman yang salah.

 

Kapan Pendidikan Seks Dimulai?

Kapan sebaiknya pendidikan tentang seks dimulai? Beberapa orang tua sering menjawab pertanyaan itu dengan jawaban singkat: “Tunggu kamu besar!” Sebenarnya waktu terbaik memberikan pendidikan seks adalah sejak dini, bahkan sejak anak masih balita.

Menurut Dr Rose Mini AP, M.Psi, psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. “Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh internal,” papar alumni Universitas Indonesia ini.

Menurutnya, pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, menghindarkan anak dari resiko negatif perilaku seksual. Karena dengan sendirinya anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.

“Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu apa saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu,” ucap wanita ramah ini.

Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri.

“Ajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajari anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya,” papar wanita yang akrab disapa Rose.

Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kritis dan ingin tahu tentang segala hal.

“Kalau di luar negeri biasanya para orangtua dikasih buku panduan mengenai pendidikan seks agar mereka dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak. Sementara di Indonesia, karena belum ada, maka sebaiknya para orangtua sigap dengan mencari informasi mengenai seks di internet, buku bacaan atau majalah,”jelasnya.

 

Sesuaikan usia

Berikut ini beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak Anda.

 

Balita (1-5 tahun)

Pada usia ini, Anda bisa mulai mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuhnya, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik yang berlawanan jenis.

Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.

 

Usia 5-10 tahun

Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.

Misalnya : “Bu, adik berasal dari mana?” Anda bisa menjawab dari perut ibu. Atau Anda bisa tunjukkan seorang ibu yang sedang hamil dan menunjukkan lokasi bayi di perut ibu tersebut.

Bisa juga ia bertanya, “Mengapa bayi bisa ada di perut?” Anda bisa menjawab bahwa bayi di perut ibu karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada ibu. Dan itu hanya boleh dilakukan oleh pria dan wanita yang telah menikah.

 

Usia Menjelang Remaja

Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.

 

Usia Remaja

Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.

Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.

Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat. ***

 

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: