Zen Muhammad Menyulap Batu Alam JADI UANG

Ada hal yang menarik untuk diketahui jejak Mas Yen. Apalagi sejak setahun ini, ia sering melakukan petualangan di sejumlah sungai terutama daerah selatan Banjarnegara. Untuk apa sebenarnya pria penyuka bercelana pendek ini mendaki pegununungan terjal dan menyusuri sungai?

Lifestyle berkesempatan berbincang-bincang dengan tokoh nyentrik ini di rumahnya Jalan Sudirman No 27 A. Di rumah asri yang tiap sudut hingga kamar tidurnya berhias berbagai jenis bebatuan alam itu, dia memaparkan ‘oleh-oleh’ selama setahun ini berpetualang di sejumlah pegunungan dan sungai.
Apa sebenarnya motivasi Mas Yen sehingga tergerak hatinya untuk mengumpulkan beragam jenis batu-batu alam?. Sesekali, mas Yen melihat batu-batu yang sudah tangan terampilnya. “Ini adalah batu alam yang memiliki nilai seni cukup tinggi dan memiliki nilai ekonomis tinggi pula,” ungkapnya sambil menujuk jenis batu alam yang bentuknya antik.
Sepanjang melakukan pertualangan, lanjut dia, disamping mencari batu untuk koleksi, yang paling utama adalah ternyata adalah menyambangi konstituen di kampung-kampung.
Diakuinya, banyak sekali manfaat dari silaturrahmi dan menyerap aspirasi dari warga. Dari situ muncul motivasi untuk mengembangkan potensi alam Banjarnegara yang luar biasa. Banjarnegara punya keanekaragaman bahan tambang dan jenis bebatuan yang bermanfaat bagi daerah dan masyarakat pada umumnya.
Sebagai contoh potensi pasir putih, pasir kuarsa, marmer, andesit, batu alam, batu lempeng, tembaga bahkan emas ada di Banjarnegara sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain yang sudah lebih maju seperti di Tulung Agung  (Jawa Timur) dan Majalengka (Jawa barat).
,Di Majalengka misalnya saat ia melakukan kunjungan kerja batu alam bisa dibuat berbagai macam ornament dan cinderamata yang harganya cukup tinggi. Bahkan masyarakat di sebuah Kecamatan di Tulung Agung sebagian besar masayarakatnya hidup dari batu.
Kenapa Banjarnegara tidak bisa?. Terdorong keinginan inilah, Mas Yen kemudian berusaha melakukan penelitian terhadap jenis bebatuan alam. Kemudian membeli peralatan seperti mesin bubut dan mulai merekrut lima orang tenaga untuk belajar dan berkarya di bidang seni batu.
Hasilnya sungguh luar biasa, walaupun belum pinishing, namun sudah banyak dikagumi peminat. Kini koleksinya sudah puluhan jenis, seperi suseki, batu ornament mariner, giok jawa dengan warga yang menakjubkan hijau, kuning emas berpadu, marmer, granit, grisolit, suseki, aseki, batu pancawarna, bahkan ada batu yang tembus cahaya yakni Onik.
“Semua ini aset yang ada di pegunungan Bajarnegara Selatan dan Utara. Kedepan kita memiliki program pemberdayaan masyarakat batu. Artinya batu-batu yang memiliki nilai artistik akan diolah  seperti yang dilakukan sejumlah pengusaha di Tulung Agung menjadi barang berkualitas eksport. Namun semua ini butuh proses, baik dari sisi pendanaan maupun kesiapan sumber daya manusianya, karena sumber daya alam dan pemasaran perlu ada chanel,” tambahnya. (Muchlas Hamidi)

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: