Maksimalkan Potensi Kelautan dan Perikanan

Berbicara tentang Trenggalek tentu sukar dilepaskan dari pantai Prigi. Terletak di Desa Tasimadu, Kecamatan Watulimo atau sekitar 48 kilometer dari kota Trenggalek, pantai Prigi menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Ratusan pohon nyiur menjulang serta pantai yang dikitari bukit-bukit karang. Kita seolah berenang di kolam air asin yang sangat jembar plus deburan ombak. Sensasi tersebut lebih asik ketimbang kolam ombak yang ada di Ancol, Jakarta.
Walhasil Prigi masuk jajaran obyek wisata tersohor di Jawa Timur. Sehingga wisatawan, baik lokal maupun asing, kerap membanjiri tempat ini. Apalagi ketika hari libur tiba.
Kunjungan wisatawan ini jelas membuat ekonomi di kawasan Prigi menggeliat. Karena lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar terhampar luas. Mulai pedagang makanan, penjual oleh-oleh hingga penyedia jasa tempat hiburan dan hotel. Yang mendulang untung tak hanya warga, pundi-pundi keuangan daerah pun terus bertambah dari sini.
Pengelolaan obyek wisata hanya salah satu potensi ekonomi. Sebenarnya Prigi merupakan salah satu dari tujuh Pelabuhan Perikanan Nusantara di Indonesia. Karena tak kurang dari 600 kapal nelayan berbagai jenis, yaitu kapal slerek, kapal pancing, dan kapal kecil, terparkir di sini. Perahu-perahu tersebut dioperasikan sekitar 6000 nelayan.
Setiap hari nelayan Prigi rata-rata menghasilkan 300 sampai 400 ton ikan. Jumlah tersebut bisa bertambah menjadi 500 ton kala musim panen ikan tiba. Bila ditaksir, nilainya mencapai 4 milyar sehari. Jenis ikannya sendiri juga beragam. Di antaranya rengis (tongkol kecil) dan teropong (ikan layang).
Menurut Ir. Suhada Abdullah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Trenggalek, jumlah ikan yang dihasilkan nelayan Prigi sangat mungkin ditingkatkan. Caranya dengan menambah waktu melaut. “Misalnya yang tadinya melaut sehari menjadi seminggu. Yang seminggu ditambah jadi dua minggu atau sebulan,” katanya.
Meski demikian, ada beraneka kendala yang dihadapi. Pertama, faktor budaya. Nelayan Prigi enggan melaut dalam jangka waktu yang lama karena masih berat kalau meninggalkan keluarga. Mungkin mereka masih menganut falsafah Jawa: “Mangan ora mangan nek kumpul (makan tidak makan asal kumpul keluarga).”
Peralatan pun jadi kendala. Menyikapinya, DKP Trenggalek mengupayakan berbagai bantuan peralatan. Antara lain: pukat, pullbox, mesin tempel. Bahkan dinas juga memberikan bantuan beberapa unit kapal Inkamina. Jika ditotal, harga kapal mencapai milyaran rupiah. Kapal tersebut diberikan kepada kelompok nelayan yang memang telah memenuhi persyaratan yang ditentutan pemerintah.
Selain bantuan peralatan, DKP juga menggelontorkan bantuan permodalan. Namanya dana PUMD. Tiap kelompok nelayan diberi modal sebesar 100 juta rupiah. Ada sekitar 20 kelompok nelayan di Prigi yang mendapatkannya. Bantuan ini bentuknya hibah. Artinya dana tersebut dikelola sendiri oleh kelompok nelayan secara mandiri dan tidak perlu dikembalikan kepada pemerintah.
Untuk menghindari praktik korupsi, dana PUMD langsung ditranfer dari pemerintah pusat ke rekening nelayan yang bersangkutan. “Kami tidak diberi kewenangan untuk memegang dana tersebut karena langsung ditransfer dari kementerian terkait. Sehingga dari tidak mungkin pegawai DKP melakukan kecurangan,” tandas Suhada.
Bantuan sektor perikanan dan kelautan yang diguyurkan untuk Kabupaten Trenggalek memang cukup besar. Total bantuan selama tahun 2011 sekitar 12 milyar. Dana tersebut berasal dari APBN maupun APBD Provinsi dan Kabupaten. Oki

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: