Menuju Kemandirian Alutsista

Majapahit. Sebuah kerajaan yang pernah menguasai Nusantara. Sebagian Asia Tenggara tunduk di bawah kekuasaannya. Majapahit menjadi jalur perdagangan tersibuk. Kekuatan militer Majapahit adalah yang salah satu yang terkuat di jagad raya. Sampai-sampai Cina sebagai negara adidaya kala itu segan terhadap majapahit. Inilah simbol kejayaan bangsa Indonesia.

Sebenarnya ketika Soekarno ditahbiskan sebagai Pemimpin Republik ini, semangat Majapahit mulai muncul kembali. Indonesia berambisi mengembalikan sebagian besar wilayah kekuasaan Majapahit. Terahir bangsa kita berhasil merebut Irian Barat (Papua). Maka Nusantara mampu disatukan. Bahkan, andai saja tidak ada pemberontakan PKI, kemungkinan besar Malaysia dan Singapura bakal menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di bawah rezim orde lama, Indonesia telah on the track menuju negara besar. Meski kondisi ekonomi masih semrawut, bangsa Indonesia tetap pada Ideologinya dengan ‘berdiri di atas kaki sendiri’ atau Berdikari. Ketergantungan terhadap negara asing terus digerus. Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan sendiri dengan membangun industri-industri strategis. Indonesia mendapat predikat Macan Asia.
Tatkala Pemerintahan Orde Baru berkuasa, istilah “Macan Asia” sempat bergema. Presiden Soeharto giat menggelorakan pembangunan di segala bidang. Industri-industri teknologi tinggi pun kian digenjot. Indonesia memiliki IPTN (kini PT DI), PT PINDAD dan PT PAL. Wajar bila beberapa pihak menyebut Indonesia memiliki kesempatan meraih predikat negara maju. Puncak kebanggaan itu ditandai dengan kesuksesan bangsa ini membuat pesawat N250.
Sayang, dewi fortuna rupanya belum berpihak kepada negara kita. Gejolak krisis moneter tahun 1997 memporak-porandakan industri strategis kita. Bahkan PT DI harus merumahkan ribuan karyawannya. Teknisi-teknisi cerdas kabur ke perusahaan luar negeri. Nasib serupa dialami pula oleh PT. PINDAD dan PT. PAL. Dua BUMN ini hampir di-nyatakan pailit.
Setelah era reformasi bergulir, bangsa kita mulai bangkit dari keterpurukan. Selama 10 tahun presiden Susilo Bambang Yudoyono menahkodai Indonesia, perekonomian merangkak naik hingga menembus posisi 15 besar dunia. BUMN strategis pun menggeliat. Banyak produk-produk berteknologi tinggi dihasilkan, khususnya Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan). Sebagian malah sudah diekspor ke luar negeri.
Kemajuan industri teknologi memang tak lepas dari elit politik. Para pemimpin negeri ini mesti memiliki polical will untuk membawa bangsa ini mandiri, termasuk bidang industri militer. Pada 2014, semua akan ditentukan. Karena di tahun tersebut ada Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden. Walhasil pilihan kita menentukan maju mundurnya bangsa Indonesia.

Produk-produk yang
membanggakan

Kini bangsa Indonesia gencar memproduksi senjata kualitas kelas wahid. Baik untuk memperkuat Tentara Nasional Indonesia maupun diekspor ke negara lain.

KEPALA ROKET “SMOKE WARHEAD”
Produk alutsista Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Sebab Alutsista yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa ternyata banyak dilirik negara asing. Salah satunya roket jenis smoke warhead yang segera diekspor ke Cile. Alutsista itu adalah buatan PT Sari Bahari Malang, Jawa Timur. Kualitasnya diakui mengalahkan produk serupa buatan negara maju. Di antaranya Amerika Serikat dan Rusia.
Smoke Warhead adalah kepala roket berdiameter 70 mm dan cocok dipasang di pesawat sejenis Super Tucano. Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

PESAWAT CN 235-MPA
Di bidang dirgantara, ada Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia. Pada 2011-2012, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat tersebut melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008. Nilai totalnya USD 94,5 juta. Pesawat CN-235 MPA cocok melakukan patroli perairan dan bisa pula difungsikan untuk angkutan personel. Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 versi angkut militer VIP ke Senegal, Afrika.
CN-235 MPA Versi Patroli Maritim dilengkapi sistem navigasi, komunikasi dan misi. TNI AL juga bakal melengkapi pesawat patrolinya dengan CN-235 MPA.

FAST PATROL BOAT
Kemampuan bangsa Indonesia di bidang teknologi perkapalan juga tak kalah mumpuni. Buktinya PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya Alutsista ini dilirik negara sebelah, yakni Timor Leste. Rencananya, Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot. Kapal ini memiliki dua baling-baling. Dilengkapi pula dengan Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

PELURU BUATAN PT PINDAD
PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm. Produk peluru tersebut diekspor pula ke luar negeri, seperti  Singapura, Filipina, Bangladesh hingga Amerika Serikat (AS).
Beberapa tahun belakangan Singapura telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab telah melalui uji kela-yakan badan internasional dan memenuhi standar NATO. selain itu, sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris telah dikantongi.

PANSER ANOA
Kendaraan lapis baja buatan Pindad ini cukup laris.  Dalam medio 2008-2012, TNI telah memiliki sekitar 226 buah Panser Anoa berbagai tipe.
Panser Anoa diminati pula  oleh negara asing. Kerajaan Oman memesan Anoa 6×6 untuk menjaga ladang minyaknya. Malaysia ingin mendatangkan 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB. Kualitas Anoa sesuai dengan standar NATO pada level III. Ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis FV (Infanry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri. Sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang.

SENAPAN PINDAD
Senjata buatan Pindad memang sedang mendunia. selain peluru dan panser, Senapan Serbu berbagai varian banyak dipesan oleh manca negara. Antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).
Bahkan sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping dan memancing bernama Cabela’s juga termasuk pelanggan terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.***

www.simplesharebuttons.comBerbagi dengan teman ...Facebook0Google+0Twitter0tumblrPinterest0LinkedIn0

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: