Inspirator dari Mojosongo

Sri Utomo

Berbagai profesi pernah dilakoninya. Dari tukang cuci, tukang batu, jual gorengan. Siapa sangka, kini ia adalah pemilik beberapa klinik yang cukup ternama di wilayah Surakarta. Owner/pendiri RS Mojosongo Group, Surakarta, Jawa Tengah kelahiran Kediri, tahun 1948 ini bercerita banyak tentang suka duka bersama tumbuh dan berkembangnya rumah sakit Mojosongo.
“Saya mendirikan RS ini bertujuan memberikan hadiah untuk suami, dr Mudzakkir. Karena saya punya obsesi, ingin masuk surga dengan jalan berbakti pada suami. Makanya saya mau melakukan apapun, demi menyekolahkan anak-anak dan suami tercinta, yang penting halal. Saya pernah menjadi tukang batu, tukang cuci, jualan sayuran, gorengan sampai keliling jualan jamu gendong dan tukang amplas besi tua. Semua saya kerjakan dengan senang hati, hingga akhirnya bisa meraih gelar sebagai dokter spesialis anestesi. Sebagai spesialisasi ilmu kedokteran yang kala itu masih sedikit di Indonesia,” papar Sri Utami.

RS Kandang Ayam
Apa yang dirintisnya sejak tahun 2001 dalam membangun  sejumlah rumah sakit seperti RS di Mojosongo, Palur, RS Mojosongo di Delanggu Klaten, RS Mojosongo Karanganyar dan RS Mojosongo Sukoharjo tidaklah dengan mudah.
“Saat awal berdiri, Rumah sakit/klinik Mojosongo ini kerap diledek sebagai rumah sakit kandang ayam. Maklum, untuk kalangan orang tak mampu. Ketika itu memang  tak tampak megah dan gagah. Hanya punya satu pegawai. Bahkan saya ikut momong anaknya bidan disini. Pernah juga jadi pembantu umum, seperti memasak, menggantikan sopir, sampai menyapu lantai,” papar Instruktur Senam Pagi Ceria Mojosongo ini mengenang.
Kini, meski menempati posisi puncak tertinggi, ibu dari Novia Alfie, Helmi Masnan, Uni Khairunissa  dan Zen Ahyar ini,  tak pernah berubah.
Seusai sholat Subuh, ia masih  menyapu halaman rumah dan rumah sakitnya di Mojosongo. Masih  belanja sayur-sayuran dan aneka kebutuhan dapur. Seusai berbelanja, ia juga masih mau menyeduh kopi dan teh untuk seluruh satpam serta pekerja rumah sakitnya. Padahal, jumlah karyawan sekitar 100-an orang. Ia juga sering berkeliling ruang/kamar rumah sakit sambil menyapa dan menebar doa serta harapan kepada para pasiennya, agar cepat sembuh dan pulang, sehingga bisa berkumpul dengan keluarga mereka.
“Alhamdulillah, kini RS Mojongso bisa berkembang, RS Mojosongo I sebagai rumah sakit rawat inap, RS Mojosongo II di Karanganyar sebagai rumah sakit bedah, RS Mojosongo III di Klaten sebagai rumah sakit rawat inap dan RS Mojosongo IV di Sukoharjo sebagai rumah sakit Utama, yang nantinya akan terus dikembangkan.”

Dikira Pembantu
Karena gaya hidup apa adanya dan tetap tak berubah, meski menjadi pemilik rumah sakit dan sang suami seorang dokter spesialis, banyak orang kerap salah menilainya. Karena sering dikira pembantu. Tetapi Sri Utami tak pernah tersinggung dan apalagi marah-marah.
“Saat saya sedang menyapu di rumah sakit ini, saya sering dikira pembantu, tetapi saya tak tersinggung, apalagi marah. Karena mereka memang tidak tahu,” ujarnya sembari tersenyum.
Bahkan,  karena ketidaktahuan itu pula, ia pernah diusir oleh pegawainya sendiri!
”Waktu itu, ada pegawai yang hendak membersihkan ruangan depan rumah sakit ini, dan saat itu saya tengah duduk. Jadi pegawai itu meminta saya pergi.  Ya,  saya pun pergi,” ujarnya dengan tersenyum geli.
Makanya, ia berpendapat, agar tak disepelekan, perempuan harus kuat, mandiri, dan punya ‘dunia lain’. Artinya selain punya kesibukan yang bisa mendatangkan uang, juga menjadi hiburan tersendiri.
Berkat tekad, kerja keras dan tak kenal malu, ia terbilang sukses. Toh, ia tak tetaplah Sri Utami yang selalu membumi. Tak hanya pada karyawan, tapi juga masyarakat sekitar.
Di luar kesibukannya, ia masih memberikan latihan senam gratis bagi masyarakat sekitar, agar mereka bisa terus menjaga kesehatan.  Tono / Bayu

www.simplesharebuttons.comBerbagi dengan teman ...Facebook12Google+0Twitter0tumblrPinterest0LinkedIn0

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: